KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI
Sejarah Pemerintahan di desa Banra’as
Ada yang tahu da’ ya sejarah pemerintahan di desa Banra’as!!! saya yakin sahabat pasti tahu walau mungkin dikit...It is no problem.
So... kali ini redaksi pitutur akan berbagi info bin pengetahuan seputar sejarah singkat pemerintahan desa Banra’as sahabat....
Kepengean tahu....
Simak ulasan berikut ini.
Para Pemimpin di Desa Banra’as
Kepemimpinan di desa Banra’as itu sahabat dimulai pasca Kyai Abd. Syahid, penghujung akhir abad XIX. Berdasarkan perhitungan tahun Kalebun Banra’as dapat diketahui bahwa Kades desa tersebut bermula dari masa penjajahan kerajaan protestan Hindia Belanda, sekitar tahun 1897 M wahh ude lama ya. Pak Limbang tercatat sebagai Kalebun Banra’as pertama. Menurut sepepuh Gili Pak Limbang menjabat sebagai Kalebun dalam rentan waktu yang cukup lama sahabat, 18 tahun. Setelah itu ia diganti Sitrap, beliau menjabat sebagai Lura di desa Banra’as selama 15 tahun yaitu mulai dari tahun 1915-1930 M.
Dua kepemimpinan pertama desa Banra’as, Gili Iyang berada dalam satu masa yang amat rumit bin sulit. Kok bisa!!! Ya sahabat, soalnya di zaman itu pergerakan bin perjuangan masyarakat, ulama’ dan santri Sumenep melawan penindasan dan kekejaman kerajaan Hindia Belanda berkobar dimana-manaa. Di Gili Iyang sendiri pada masa masa kemepimipinan dua tokoh tersebut juga tidak lepas dari kibaran semangat perjuangan dalam mengusir penjajah dari bumi Nusantara sahabat. Para ulama’ dan masyarakat Gili berjuang dengan gigih mengusir kaum kolonial penjajah Hindia Belanda. Implikasinyapun sangat serius, tatanan struktural pemerintahan tidak banyak mendapat sentuhan karena pergerakan masyarakat di Gili Iyang (Bancamara dan Banra’as) kala itu lebih fokus mengusir penjajah Hindia Belanda dari pada menertibkan administrasi pemerintah yang masih dini itu.
Lalu bagaimana selanjutnya. Emmm..selanjutnya pada tahun 1930 M sejarah baru di mulai di Gili Iyang. Waah sejarah baru apa tu ya!!!
Ude pada penasaran kan..
Su’iyah tampil dalam kencah politik di desa Banra’as. Dia itu tercatat sebagai perempuan pertama Gili Iyang yang menjabat sebagai kepada desa di Banr’aas.
Wah ternyata yang jadi Kades tidak hanya yang laki saja ya..
So pasti sahabat. Akan tetapi dibanding dengan preode sebelumnya, masa kepemimpinan Su’iyah terbilang sangat singkat. Ia hanya menjabat sebagai Kelabun Banra’as kurang lebih tiga tahun yaitu mulai tahun 1930-1933 M. Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Musa alias Rama Seliyati, beliau menjabat kepala desa selama 18 tahun, 1933-1951. Preode kepemimpinan rama Seleati berada dalam masa peralihan dua penjajah asing yaitu kerajaan Hindia Belanda-yang telah menguasai Madura-Sumenep semenjak tahun 1702 M sampai dengan tahun 1942 masa penjajahan Sinto Jepang. Tantangan-tantangan yang muncul pada masa kepemimpinan rama Seleati ini tidak kalah rumit lho dengan problem yang muncul pada preode sebelumnya. Kalau masa sebelumnya tantanganya yang paling berat adalah eksploitasi penduduk serta kristenisasi terselubung yang dihembuskan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka pada masa kepemimpinan Musa (rama Seleati) dua tantangan sekaligus berkumpul menjadi satu yaitu penjajahan Belanda dan Sinto Jepang. Rumosa sebuah politik eksploitatif pemerintah Jepang pada masa kepemimpinannya benar-benar telah menyiksa masyarakat Gili Iyang. Dan para pemimpinan Gili Iyang (Banra’as dan Bancamara) kala itu harus bekerja keras guna mengambalikan stabilitas masyarakat yang lagi kacau.
Rama Seleati tercatat sebagai Kalibun dengan tiga peralihan kekuasaan, pertama kerajaan Hindia Belanda, lalu Jepang dan terakhir pasca kemerdekaan yang kita kenal sekarang dengan istilah zaman orde lama.
Setelah rama Seleati turun dari jabatannya sebagai Kades Banra’as, Rama Kasdu naik menjabat sebagai Kades di desa tersebut selama rentan waktu yang cukup lama, 17 tahun (1951 – 1968).
Lalu pada tahun 1968 Rama Kasdu diganti Bukaha’,/ Pak Alki. Ia menjabat kepala desa selama 22 th 1968 – 1990 tepatnya pada masa pemerintahan orde baru (era Suharto). Setelah 22 tahun menjabat sebagai kepada desa, Rakso Jakfar naik menjadi Kalibun Banra’as yang ke-9. Ia menjabat kepala desa selama 8 tahun, mulai 1990 – 1998 M.
Sejak pemerintahan Rakso jakfat struktur organisasi desa mengalami perubahan, kepala desa di bantu oleh :
Carik
Modin
Apel
Setelah 8 tahun menjabar Kades, pada tahunn 1998 ia diganti oleh H Masdawi. ia menjabat kepala desa selama 15 tahun, 1998 – 2013 H. Pada tahun 1998 struktur organisasi desa mengalami perubahan, kalau pada masa pemerintahan Rakso Jakfar kepada desa dibantu oleh Carik, Modin dan Apel, namun pada masa kepemimpinan H. Masdawi berubah menjadi Kepala desa di bantu:
Sekretaris desa
5 kaur (kaur keungan, kaur umum, kaur kesra, kaur pembangunan )
6 kepala dusun
Selain perlengkapan-perlengkapan diatas pada akhir tahun 2005 terbentuklah RT untuk membantu kepala Dusun di lingkungan Rumah Tangga yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 33 RT.
Pasca kepemimpinan H. Masdawi, pada tahun 2013 kemimpinan selanjutnya di teruskan oleh Mathor, SH (Adik kandung dari H. Masdawi). Ia menjabat kepala desa Banra’as mulai dari tahun 2013 yang lalu hingga sekarang.
Nah begitulah sejarah singkat pemerintahan di desa Banra’as sahabat pitutur ude pada tahu kan...
SEMUGA BERMANFAAT DAN MENGINSPIRASI
Sabtu, 25 Maret 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KHAZANAH PITUTUR SESPUH GILIY SEJARAH PERJUANGAN MASYARAKAT GILI IYANG PADA MASA PENJAJAHAN HINDIA BELANDA. Apa kabar Sahabat Pitutur Bai...
-
KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI Para Pembabat GILI-IYANG Tahukah anda, siapa yang telah berjasa membuka hutan belantara di pulau sere Elang ...
-
NAPAK TILAS PERJUANGAN DAKWAH DAENG KARAENG MASALLE Pulau Sulawesi termasuk salah satu kepulaun yang cukup luas (191.800 km2), lebih luas...
-
KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI Asal usul Desa Bancamara Kalau sahabat pitutur berkeliling di seluruh daerah Nusantara, dari sabang sampai M...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar