Kamis, 09 Maret 2017

KHAZANA PITUTUR SESEPUH GILIYANG TENTANG JHU'UR

KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI
JHU’UR...
Dalam pitutur sesepuh Gili, seringkali kita dengar kata Jhu’ur. Konon katanya, makhluk ini sempat membuat geger masyarakat di kepulauan Madura Timur (baca: Sumenep). Kala malam tiba, masyarakat tidak berani keluar malam karena takut menjadi korban kebuasan Jhu’ur. Emmm...kira-kira siapa Jhu’ur itu ya? Pasti pada penasaran bukan!!!
Kalau sahabat pitutur bertanya kepada sesepuh Gili tentang Jhu’ur. Biasanya mereka menjawab’’, Jhu’ur jerea ngakan oreng Cong’’ (Jhu’ur itu pemangsa manusia nak). Kalau begitu Jhu’ur sama dong dengan Lanonn!!!
Sama, tapi beda...Emmmm pasti Bingung kan!!
Disebut sama, karena keduanya sama-sama mengkonsumsi daging manusia alias manusia kabinalll. Wihhh..ngeri banget sahabat!!! Terus-terus bedanya apa?
Bedanya, Lanon itu tidak hanya menjadikan manusia sebagai makanan, melainkan juga dibuat kepentingan bisnis, dibarter atau dijual untuk dijadikan budak di Asia Selatan. Sedangkan Jhu’ur memangsa manusia untuk menambah kesaktian. Menurut cerita tutur, Jhu’ur dengan kesaktian yang dimilikinya, ia bisa menjelma menjadi apa saja, termasuk menjadi Jenglot (Madura: Jhenglot). Kala malam tiba, jhu’ur biasanya berdiam diatas pohon sembari menunggu mangsa yang lewat. Kalau ada manusia melawati tempat tersebut, maka Jhu’ur langsung menyergap dan memangsanya tanpa ampun.
Di Sepudi jumlah mereka mencapai delapan, serta telah memangsa manusia. Untuk itulah seluruh ulama’ Spudi bersatu-padu mengusir Jhu’ur dari pulau tersebut. Informasi keberadaan Jhu’ur di pulau Spudi  yang telah melelan korban itu, terdengar oleh masyarakat Gili Iyang hingga membuat mereka ketakutan. Mereka takut menjadi korban kebiadan manusia mesterius itu. Melihat fenomena tersebut, para Ulama’ Gili iyang tidak tinggal diam, mereka mengawasi ketat keberadaan Jhu’ur yang telah mengusik ketenangan masyarakat Gili Iyang. Adalah Kyai Abdul Hamid bin Muhammad Husein bin Daeng Ahmad Bati bin Daeng Kraeng Masalle, berada digarda terdepan dalam menjalankan misi tersebut (mengusir Jhu’ur). Karena jasanya yang sangat besar itu, masyarakat Gili Iyang memberi gelar sang Penyelamat Gili Iyang. ‘’ Mon tadhe’ Kyai Sora Laksana Cong, tak kera bedhe manussa Egili, karena eabi’ ekakan Lanon ben Jhu’ur’ (Nak, kalau tidak karena perjuangan Kyai Abdul Hamid Sora Laksana, niscaya tidak akan ada manusia di Gili Iyang, karena telah habis di makan Lanon dan Jhu’ur.    
So. JAS MERAH, jangan kau lupakan sejarah, begitulah sang proklamator (Suekarno) mengingatkan. Semuga bermanfaat dan menginspirasi...

6 komentar:

  1. bentuk asli jhu'ur itu pastinya seperti apa sih? penasaran deh......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jhu'ur itu bisa disebut manusia siluman, apa itu yach..
      Siang hari dia bewujud manusia sementara malamnya membuat takut semua orang, persis tokoh Mardian-si manusia harimau- di flm Mesteri Gunung Merapi itu sahabat hehehe...
      Seremkan....

      Hapus
    2. alhamdulillah untungnya saiki sudah tidak ada lagi makhluk kayak gitu di pulau gili yang tersebut

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Terimakasih anda sudah membaca karya tulis diblog kami,jangan sampai ketinggalan membaca hikayat pulau giliyang ya gays.....!!

    BalasHapus

KHAZANAH PITUTUR SESPUH GILIY SEJARAH PERJUANGAN MASYARAKAT GILI IYANG PADA MASA PENJAJAHAN HINDIA BELANDA. Apa kabar Sahabat Pitutur Bai...