Minggu, 12 Maret 2017

KHAZAH PITUTUR SESEPUH GILI
Asal Usul Desa Banra’as
Dahulu kala, Gili Iyang termasuk diantara pula yang sunyi dan sepi. Di pulau yang kelak dikenal memilik kadar oksigen tertinggi di dunia itu banyak tumbuh pepohonan yang amat besar dan unik. Pohon baru dan pohon ra’as termasuk diantara pepohon yang dominan tumbuh di pesisir pantai (baca: desa Banra’as sekarang). Konon katanya, pohon-pohon tersebut banyak dihuni oleh makhluk astral, diantaranya jin dan kuntilanak serta makluk yang serem-serem lainnya. Sementara penduduknya masih sedikit dan berkelompok-kelompok terutama bermukim disekitar pelabuhan. Pelabuhan pada saat itu yang sering disinggahi perahu adalah pelabuhan Banbaru, Pelabuhan kecil yang digunakan masyarakat nelayan untuk berlabuh, sedangkan pelabuhan Legun merupakan pelabuhan besar yang sering disinggahi perahu layar dari Sulawesi dan Bugis, terbukti disekitar pelabuhan Legun banyak makam-makam Daeng (baca: pendatang baru dari Sulawesi Selatan).
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kerajaan protestan Hindia Belanda-yang saat itu menjadi penguasa di Madura-Sumenep- menerapkan satu sistem baru yang dikenal dengan pemerintahan desa. Pengaruhnya sangat besar terhadap Gili Iyang. Pada masa ini tercatat sebagai masa awal terbetuknya sistem pemerintahan di Gili Iyang. Di mulai dari Kyai Abdul Hamid Sora Laksana, lalu dilanjutkan oleh putranya, Kyai Abd. Syahid. Seiring dengan perkembangan zaman, penduduk Gili Iyang bertambah banyak. Maka berdasarkan hasil kesepakan wilayah Gili Iyang dibagi menjadi dua, Desa Bancamara dan Desa Banra’as. Demikian ini terjadi pasca kepemimpinan Kyai Abd. Syahid bin Kyai Abdul Hamid Sora Laksana sekitar tahun 1889 M. Sejak saat itulah di Gili Iyang terbagi menjadi dua wilayah, Bancamara dan Banra’as. Nama dua desa tersebut diambil dari peristiwa/sesuatu yang menonjol di dua desa itu, termasuk Desa Banraas.
Asal Usul Nama Banra’as
Desa Banra’as diambil dari dua kata nama yaitu BAN (Madura : ben) dan RAAS. Ban adalah daerah/tempat, Raas adalah sebuah pohon ra’as besar yang banyak tumbuh disekitar desa tersebut yang ditebang dijadikan tanah/lahan yang biasa ditempati rumah-rumah masyarakat dan lahan pertanian. Di kemudian hari nama-nama pepohonan tersebut  dikokohkan menjadi nama Desa Banra’as.
Di sebelah utara Banraas ada pohon besar  yang namanya pohon  Kalompang dan bentuknya bongkok, selain sebagai  tanda  bagi seorang melaut , dibawah pohon itu ada gua tempat bertapa seorang Wali. Sekarang tempat itu dianggap keramat oleh masyarakat. Dengan adanya pohon yang luar biasa beda dengan pohon lain maka pohon itu dijadikan nama sebuah kampung  yaitu kampung Kalompang Bongkok. Pada masa pemerintahan Bukaha, Kampung atau dusun kalompang Bongkok dirubah namanya menjadi Dusun Bongkok. Di sebelah selatan Banraas yaitu dusun Asem juga diambil dari nama pelabuhan, dipelabuhan tersebut banyak terdapat pohon asem sehingga dijadikan nama dusun yaitu Dusun Asem.
Di sebelah barat Banra’as ada pelabuhan yang disebut pelabuhan Banra’as. Nama pelabuhan itu diambil dari nama pohon yaitu Ra’as. Konon dikampung tersebut paling banyak terdapat pohon ra’as, maka tempat itu dinamakan dusun Ra’as. Di lihat  dari keramaian dan perkembangan pelabuhan yang ada, Banra’as paling menonjol dibandingkan dengan yang lainnya, maka nama pelabuhan itu dijadikan nama salah satu desa di pulau Gili Iyang.
Nah..begitulah riwayat mengenai asal muasal desa Banra’as sahabat pitutur.
Semoga bermanfaat dan menginspirasi..Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHAZANAH PITUTUR SESPUH GILIY SEJARAH PERJUANGAN MASYARAKAT GILI IYANG PADA MASA PENJAJAHAN HINDIA BELANDA. Apa kabar Sahabat Pitutur Bai...