Sabtu, 11 Maret 2017

KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI
Keris Situasik Dan Kisah Tobatnya Raja Maling
Percikan Hikmah dari Perjalan Hidup Kyai Abdul Hamid Sora Laksana.
Keris Situasik termasuk dari sekian ribu peninggalan bersejarah di Gili Iyang yang memiliki keunikan tersendiri. Cerita tentang kekuatan supranatural keris itu seakan telah menjadi hiyasan dalam tradisi lisan masyarakat polo Sere Elang. Konon, keris tersebut sering kali digunakan sebagai senjata dalam perjuangan ulama’ Gili melawan kekejaman orang-orang Belanda dan Lanon. Nah sahabat pitutur, kita akan berbagi  cerita unik seputar keris situasik yang memungkinkan untuk dapat kita ambil hikmahnya. Ude pada penasaran bukan!!!
Simak ulasan berikut ini:
Pada zaman Kyai Abdul Hamid Sora Laksana, terdapatlah seorang raja maling yang amat sakti. Sebagai seorang raja maling, merampok, merampas harta orang lain dengan berbagai cara, bahkan membunuh sekalipun baginya tidak menjadi soal, asal apa yang diinginkan bisa tercapai. Tengah malam merupakan waktu yang paling tepat baginya untuk beraksi. Sebab pada malam hari, obyek sasaran biasanya terlelap tidur. Dengan demikian tengah malam adalah waktu yang paling aman untuk mencuri. Pada suatu malam, si raja pencuri itu bermaksud mengambil barang yang ada di sebuah rumah. Aksi itupun segara dimulai. Namun belum sempat barang itu diambil, tiba-tiba si pemiliki rumah bangun. Ia sangat keget melihat maling berada dirumahnya. Iapun langsung memburu dan menyerang si raja maling dengan ganas. Naas, si raja maling tersebut lebih dulu melayangkan kerisnya ke tubuh korban, dan si pemilik rumahpun langsung mati terkapar.
Melihat kejadian itu, si pencuri sangat kaget. Tanpa basa-basi ia langsung lari meninggalkan lokasi kejadian. Ia kawatir kalau perbuatannya itu sampai diketahui orang, maka malapetakalah yang akan menimpanya. Ia terus lari sekuat tenaga seraya membawa  seribu penyesalan yang terpendam di dalam batinnya. Entalah mengapa, baru kali ini ia merasa takut dan kawatir. Pergolakan di dalam batinnya itu terus-menerus menghantui hidupnya. Karena itulah ia mencoba mencari solusi bagaimana cara menghilangkan beban hidup  yang mendera batinnya itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk mendatangi rumah Kyai Abdul Hamid Sora Laksana di panggung (Bancamara sekarang). Dengan raut wajah yang amat sedih penuh penyesalan,   Ia menceritakan semua kejadian yang menimpa hidupnya serta apa yang telah ia perbuat selama ini (baca: menjadi maling).
Mendengar cerita itu, Dengan halus Kyai Abdul Hamid memberikan nasehat padanya. Untaian nasehat Kyai Abdul Hamid itu begitu membekas dalam hatinya. Si Pencuri itu iapun akhirnya berjanji akan bertobat, kembali pada jalan yang benar seraya menyerahkan keris miliknya, dan pada akhirnya ia menjadi murid setia dari cicit Daeng Kraeng Masalle itu. Di kemudian hari Kyai Abdul Hamid melihat secara seksama bentuk keris itu, dan ternyata keris tersebut memiliki hubungan dengannya (konon keris tersebut dibuat oleh Daeng Kraeng Masalle). Karena itulah keris tersebut diberi nama SITUASIK.
Nah begitulah ceritanya sahabat pitutur...
Semoga bermanfaat dan menginspirasi...amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHAZANAH PITUTUR SESPUH GILIY SEJARAH PERJUANGAN MASYARAKAT GILI IYANG PADA MASA PENJAJAHAN HINDIA BELANDA. Apa kabar Sahabat Pitutur Bai...