Rabu, 15 Maret 2017

KHAZANAH PITUTUR SESEPUH GILI
Gili Labek dan Kyai Asy’ari
Kalau sahabat pitutur bertanya kepada Nelayan pemancing Gili (Madura : Pamanceng Gili), ‘’berapa jumlah pulau yang ada di Madura Timur (baca: Sumenep)’’, maka sahabat akan takjub mendengarnya. Seribu kurang satu, bigitulah makna Rubahbi (alm) menuturkan.
Wah banyak sekali ya sahabat..
Masing-masing pulau tersebut memiliki keunikan tersendiri lho sahabat. Airnya yang membiru dengan pemandangan indah binti unik bin menakjubkan. Sebagian besar dari pulau-pulau yang indah itu dapat sahabat pitutur jumpai di sebelah Timur pulau Kangean. Gili Labek termasuk satu diantara 998 pulau yang ada di Madura. Airnya yang membiru dihiyasi dengan terumbu karang yang amat indah dan menakjubkan.
Nah... sekarang redaksi pitutur akan berbagi ilmu bin cerita tentang asal usul Gili Labek dan hubungannya dengan Gili Iyang. Ude pada penasaran nich ya..
Asal Usul Gili Labek
Gili Labek berasal dari dua kata, Gili dan Labek. Gili secara harfiyah berarti tempat/daerah atau pulau, sedangkan Labek dalam bahasa Madura berarti pertolongan (maunah). Konon katanya, kata Labek berasal dari ungkapan Kyai Abdul Hamid Sora Laksana lawat sebuah peristiwa yang  terjadi pada cucunya, Kyai Asy’ari bin Kyai Abd. Syahid. Mau tau ceritanya!!!
Simak ulasan berikut ini:
Suatu ketika Kyai Abdul Hamid Sora Laksana berniat mengunjungi salah satu kerabatnya dari Tanah Maksar yang tinggal di tanah Jawa. Berangkatlah beliau seorang diri ketanah Jawa untuk menemui Sora Cakraningrat. Lama tak kunjung tiba kembali membuat resah sanak fimilinya di Gili Iyang. Akhirnya Abd-syahid, Asy’ari, Muhammad Thahir, Abd- Karim berangkat menyusul Kyai Sora Laksana di tanah Jawa. Ketika mereka sampai di sebuah pulau kecil selatan pulau Poteran, angin kencang disertai  gelombang yang amat besar datang secara tiba-tiba. Naas, dalam pristiwa itu Asy’ari terpental jauh dari perahu mereka. Abd-syahid, Muhammad Thahir, Abd- karim yang meilihat kejadian itu sangat kaget. Mereka tidak menyangka bahwa peristiwa tersebut menjadi akan bencana bagi mereka. Namun mereka tak mau terlelap dalam kesedian, mereka terus berusaha  mencari Asy’ari sekuat tenaga, namun putra dari kyai Abd. Syahid itu tak kunjung jua mereka temukan.
Pencarian itu telah banyak memakan waktu, dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan menemui ayahanda mereka, Kyai Abdul Hamid di tanah Jawa. Ketika sudah sampai di kediaman sang ayah, ketiga saudara itu menceritakan semua musibah yang menempa Asy’ari dengan perasaan sedih dan luka, ‘’Wak waktu kami berangkat kesini, kami berempat deterjang badai, dalam kejadian itu Asy’ari terpentang jauh entah kemana, kami telah berusaha mencarinya, namun Asy’ari tidak kunjung jua kami temukan’’ melihat kegelisahan ketiga putranya itu, Kyai Sora Laksana menjawab dengan tenang, kalian tenang Asy’ari baik baik saja, di ada  disuatu tempat tidak kemana-mana, udah kalian pulang duluan wak akan susul kalian (dengan mahasa Madura).
 Setelah itu mereka bertigapun pamitan pulang. Di tengah perjalanan keanehan terjadi pada mereka, perahu yang mereka naiki tiba-tiba berhenti, seakan ada sesuatu yang menghalang jalan mereka. Dan ketika dilihat mereka sangat takjub, mereka menemukan Asy’ari sedang duduk bersila ditengah laut (pesisir Gili Labek sekarang) dalam keadaan berzikir. Tak lama kemudian, Kyai Hamid menyusul  dengan kendaraan karocok. Ketika  nyempek ditempat itu (Gili Labek sekarang), Kyai Hamid berkata ‘’MON KENG TA’ KARENA LABEKKHE ALLAH, ASY’ARI TAK KERA BISA SALAMET’’ (kalau tidak karena pertolongan Allah Asy’ari tidak akan selamat). Semenjak saat itu tempat tersebut disebut GILI LABEK-yang artinya tempat/daerah/pulau pertolongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KHAZANAH PITUTUR SESPUH GILIY SEJARAH PERJUANGAN MASYARAKAT GILI IYANG PADA MASA PENJAJAHAN HINDIA BELANDA. Apa kabar Sahabat Pitutur Bai...